IDIALISME
PENDIDIK
ANTARA REALISTIS DAN APATIS
Oleh
Arief Anang Khosim SPd Guru SDN Jatiarjo
II
Taman Sapari Indonesia II Prigen
Hai anak Adam apa yang kau
tinggalkan
Sebagai kenang -
kenangan jika kau dipanggil Tuhan, meninggalkan harta
tentu akan punah
,meninggalkan iman dikenang
sepanjang jaman,
Amal perbuatan
yang kekal didunia menyegarkan sepanjang
masa
Janganlah lupa beramal disegala
bidang mendidik anak yang sholeh yang berguna
bagi agama nusa dan bangsa serta
mentransfer ilmu yang ber manfaat
|
|
Zaman sudah berubah
menggilas semua
arah termasuk sebutan pendidik ikut degradasi
di dalamnya nilai
- nilai sosial ,
etika sulit diper
tahankan bahkan dengan susah payah untuk
mempertahankan
walaupun dengan langkah
ter
tatih-tatih ,
toh masih ada
yang mau meskipun
tidak tahu
dari mana akan memulainya.
Masyarakat mulai menyesuaikan keadaan
,
karena hidup hanya
dijalani saja ,mengalir begitu
saja mulai konsumtif,matrialistis dan individualis
me,maka
tuntutan masyarakat cenderung praktis
dan realistis untuk
memilihkan anaknya akan di
sekolahkan dimana.
Dilema
bagi pendidik mulai dirasakan begitu
Sulit untuk
menempatkan diri seutuhnya sebagai Independensi
sekolah sekarang ini sebe
pengabdian
profesi dikarenakan disisi yang
lain narnya
sudah
memungkinkan kita berbuat
pendidik anggota masyarakat
juga karena mem banyak dan diberi keleluasaan yang tinggi
punyai keinginan yang kuat dan tak terbatas harapan
berdaya saing makin ada,hanya insan
untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. pelakunya saja yang masih pola lama dan be-
Keinginan masyarakat sangat idial ,fluk lum idialis ,hal ini dikarenakan
tidak terbiasa
tuatif dan tak terhingga, menghendaki bentuk nyata, dan juga birokrasi yang dirasa
seolah –olah
instant
,bahkan mempengaruhi pola
hidup dan menghambat,sehingga
intervensi dan birokrasi
gaya
hidup yang akhirnya menjadi
rutinitas. pada lembaga lembaga
Untuk memenuhi harapan tersebut tentunya sangat tertentu yang memberi keleluasaan yang tinggi
Sulit kalau Negara tidak ikut campur
secara tanpa disalahgunakan
dapat mempercepat ke-
mendalam(yaitu merealisasi UU Pendidikan secara majuan
seperti sekolah –sekolah faforit
atau
maksimal). yang difaforitkan
masyarakat yang katanya
Merubah
pola pikir masyarakat dibutuhkan budgednya
mahal.
kepercayaan ,sudahkah lembaga yang kita kelola Batasan seorang pendidik dalam
melak-
dipercaya,kredibilitas dan mampu,memiliki nilai jual? Sanakan tugasnya menurut saya harus me-
sedangkan pelaku pendidikan
ada yang realistis ngacu
pada 3 K (K3) yaitu:
dan tidak sedikit yang masih gapteg (gagap tegno- 1.Keinginan
2.Kebutuhan 3.Kemampuan

logi)
dan berusaha menyesuaikan
diri memenuhi
kebutuhan perangkat seperti HP,
IPED, LAP TOP,
COMPUTER ,
NOTE BOOK dan
perangkat yang
lain,tetapi
lagi-lagi hanya sebagai fashens saja tidak

digunakan seefektif
dan seefisien mungkin dalam
mendukung
kariernya dan hanya sedikit
yang me-
mang benar- benar
sesuai harapan (pola
hidup)
Bagaimana lembaga pendidikan kita
dapat

memberi pencerahan
bahwa pendidikan itu meru
pakan:fashens ,capital dan infestasi yang
memberi
harapan
baik dimasa sekarang maupun yang akan
datang.(harapan masa depan).
Maksud
dari bagan tersebut adalah:
1.Keinginan:sesuatu
hal yang idial dan diinginkan
oleh
setiap manusia(kalau ditanya antar
pendidik-
tentunya mempunyai keinginan
terhadap anak
didiknya
berbeda-beda) sehingga dapat disimpul-
kan bahwa: keinginan seorang pendidikpun tidak
terbatas.
.Agar
pendidikan yang dikelola dapat
mencapai
tujuan
maka keinginan itu
harusnya apa
yang diinginkan
kurikulum
disesuaikan dengan
SDA
dan SDM yang ada, dikelola secara maksimal
2.Kebutuhan:dari
keinginan yang terbesit dikepala
apakah
kita membutuhkan hal tersebut, jadi
kebu-
tuhan itu sebenarnya juga tak terbatas .apa yang
dibutuhan
pendidik belum tentu di dibutuhkan kuri-
kulum,seyogyanya
apa yang dibutuhkan kurikulum
itulah
dikelola untuk memfasilitasi anak
menuju
prestasi
yang diharapkan . Selektif terhadap kebu-
tuhan, hemat
tetapi tugas terlaksana
dengan
maksimal
dan sebaik-baiknya.
3.Kemampuan:
setelah apa yang dibutuhkan kuri-
kulum
dalam pengajaran kita inventarisasi
selan-
jutnya
apakah kita mempunyai kemampuan seca-
finansial
untuk merealisasi hal tersebut .
Hal
ini dapat disimpulkan bahwa keinginan tidak
terbatas
untuk membatasi hal tersebut . pertanya-
annya
adalah apakah kita butuh terhadap keingi-
nan
itu? setelah butuh pertanyaan terakhir apakah
kita
mampu memenuhi hal tersebut.?
Kalau me- Doc.UNAS
dan IDUL QURBAN 2011SDN JATIARJO II
mang
mampu mengapa tidak.
Gambaran guru (pendidik) diera reformasi ditinjau Ketiga: Pendidik yang berjalan
ditempat hanya
dari perspektif IPTEG,IMTAG serta media infor- rutinitas
melakukan kegiatan sehari-hari berda-
masi adalah
sebagai berikut: sar
tupoksi yang diemban ,kemajuan teknologi
Pertama:Pendidik yang mengambil langkah
seribu perubahan yang terjadi informasi hanya dinik-
lari dengan cepat untuk menyesuaikan diri menge- mati dan dijalani bila ada prestasi dan
nilai
jar informasi dari kemajuan teknologi serta peruba- tambah disekolahnya toh dia ikut menikmati
han yang terjadi merasa dirinya serba minim
penge- segai keluarga besar di sekolah
tersebut,anak
tahuan,rasa ingin tahunya tinggi serta senang tan- dapat
mencari sendiri baik dirumah sekolah
tangan,juga
berusaha bisa dalam segala
hal de- maupun dimasyarakat,kalau ada supervisi
ngan harapan apa
yang dimilikinya sebagai bekal cenderung kompensasi yang penting dapat
untuk
menjadikan anak didiknya
memiliki nilai gaji.(dalam
sinetron sebagai figuran)
tambah dan dapat
mencapai segudang ,prestasi Keempat:Pendidik yang berjalan
kebelakang
bahkan
membanggakan , benar - benar
memberi gaya hidup dan kehidupannya acuh,apatis
manfaatpada dirinya maupun orang lain. tertutup,idialisme
kuno,tradisional selalu
(dalam sinetron
sbg:pemain utama) bangga
pada dirinya sendiri ,gila hurmat me-
Kedua: Pendidik yang berjalan perlahan-lahan rasa paling mampu,selalu
bercerita tentang
tapi pasti dalam menyesuaikan diri dapat pro- masa lalu berat untuk menerima
kegagalan
aktif dan tidak malu bertanya,menata hidup dan cenderung membanggakan salah satu tokoh
mempersiapkan kehidupannya secara terencana menyakinkan orang lain dengan argumen
terprogram dan berkesinambungan,memiliki kata kata(teoritik) bukan
tindakan dan bukti
etos kerja humanis dan konsisten serta rutinitas banyak ucapan program yang dilontarkan
yang dijalankan demi mencapai prestasi yang tetapi sedikit yang dilaksanakan.
diharapkan kurikulum.(dalam
sinetron sebagai (dalam
sinetron sebagai penonton)
pemain) Kesimpulan:seyogyanya seorang pendidik
sopan
dalam bertutur kata dan santun dalam
bertindak.
Biodata
Nama :ARIEF ANANG KHOSIM SPd
Unit Kerja :SDN Jatiarjo II No 27
Jln Taman Sapari Dusun Tegal
Kidul
Desa Jatiarjo Kec Prigen Kab
Pasuruan